Rabu, 15 Agustus 2012

Silver Wedding Anniversary of My Parents

F.A.M.I.L.Y.
Father And Mother I Love You

Salah satu hal yang sudah saya pikirkan semenjak menyelesaikan studi S1 saya pada tahun 2009 adalah merayakan ulang tahun pernikahan perak (25 tahun) orang tua saya dengan meriah. Saya berpikir bagaimana caranya untuk bisa membuat mereka senang.
Mereka menikah pada tanggal 15 Maret 1987, sehingga Silver Wedding Anniversary-nya jatuh tepat pada tahun ini, yaitu tahun 2012.
Tahun berganti tahun, dan tiba-tiba saja sudah bulan Januari 2012. Saya mulai berpikir kado apa yang bisa saya persembahkan untuk mereka, yang nggak costly tapi bisa menyenangkan hati mereka. Menimbang-nimbang kurang lebih 1 bulan, akhirnya saya memutuskan untuk memberikan mereka Scrap, Clay, dan membuatkan semacam video kenangan untuk diputar pada saat perayaan.
Saya meng-order kado-kado tersebut dengan segera dan meminta tolong kepada yang expert untuk membuatnya. Cukup mepet karena saya baru memesan semua kado-kado tersebut hanya minus 10 hari dari hari H, tapi syukurlah semuanya bisa selesai sebelum hari H saya pulang ke rumah di daerah.

Video: https://www.facebook.com/photo.php?v=10150623130249480

Clays


Sebulan sebelum hari H, setelah mendapatkan ijin kantor dari atasan, saya segera memesan tiket kereta untuk pulang yaitu pada tanggal 14 Maret sore. Saya pulang bersama dengan Ivan (adik saya). Sengaja kami tidak memberitahukan kepada orang tua bahwa kami hendak pulang. Kami hanya memberitahu Lia (adik bungsu) bahwa malamnya kami tiba di rumah.
Secara mengejutkan pada sore itu, ketika kami di stasiun, tiba-tiba Papi menelepon Ivan. Ivan panik, kemudian bertanya “Gimana nih oh?”. “Ya sudahlah ngomong aja lagi makan, toh emang bener kan lagi makan.” Hahaha… Perbincangan singkat yang menanyakan kabar tersebut berakhir dengan kondisi “AMAN”. Mereka belum tahu bahwa kami memang makan, tapi makannya di Gambir :D Bersama Marius dan juga Reynold waktu itu.

Marius
Reynold
Tak lama setelahnya, kereta datang dan kamipun “take off” dari bandara internasional Gambir! :))
Kami tiba di rumah pukul 01.30. Perjalanan 5 ½ jam tidak terasa karena kami tidur sepanjang jalan, haha… Resiko yang kami tanggung karena tidak memberitahukan kepulangan kami adalah kami harus pulang ke rumah sendiri, tanpa ada yang menjemput. Alhasil, kami naik becak ke rumah (sudah bertahun-tahun ngga naik becak, sekarang 1 becak diisi kami berdua sudah nggak muat) hahaha...
Sesampai di rumah, saya telepon Lia untuk buka pintu. Setelah pintu dibuka, kami masuk, dan ternyata Mami terbangun. Mami bengong melihat kami dari jendela kamar, khususnya saat melihat Ivan seperti layaknya orang melihat penampakan. Bengong, terpaku, tidak berkedip, kemudian Ivan malah berjoget2 haha… Setelah itu, kami masuk, Mami berkata “Hoo, balik ga pada bilang-bilang”. Memang Mami super, dalam kondisi yang mengantuk, Mami bangun dan menghangatkan makanan untuk kami makan. Maklum, kami kelaparan :p Sesudah itu Mami kembali tidur. Giliran Papi terbangun, dan Papi juga berkata hal yang sama “Loh kok disini, nginep yah?”.

Intinya, rencana kami untuk merahasiakan kepulangan kami, kami nilai berhasil! :D

Kemudian esok harinya, sekitar pukul 9 pagi, saya menuju ke tempat makan di mana makan malam bersama akan kami adakan.  Saya me-reserve tempat dan beberapa menu makanan yang akan disajikan malam nanti. Di situ, saya menelepon Mami, untuk mengajak makan malam bersama pada hari itu juga. Di tempat itu juga, saya berpikir lagi. Pada awalnya adalah saya berencana hanya kami ber-5 sekeluarga yang makan bersama sekaligus syukuran keluarga saja, akan tetapi saya menimbang-nimbang lagi, sehingga akhirnya saya putuskan untuk mengundang saudara-saudara terdekat yang tinggal di Pekalongan (karena sebagian besar keluarga tinggal di Karawang, Cikarang dll dan mereka semua tidak bisa pulang karena harus bekerja).

Selepas dari situ, saya pulang untuk menjemput Ivan supaya bisa menemani saya untuk berkeliling mengundang saudara-saudara. Dari situ, kami menuju ke tempat penjual roti tart ulang tahun. Kami memesan satu kue untuk dipakai malamnya. Berlanjut pada berkunjung ke tempat Papi berjualan untuk mengantarkan makan siang yang kami belikan untuknya sekaligus memberitahukan bahwa malamnya, kami mengajak untuk makan malam bersama kembali. Singkat cerita kami mengundang 7 saudara terdekat kami untuk hadir, dan mereka semua menyanggupi untuk bisa datang. Sorenya, saya bersama dengan Lia membungkus kado-kado yang sudah disiapkan dan di-“impor” langsung dari Jakarta.

Silver Wedding Anniversary Cake

Sorenya, saya datang terlebih dahulu ke rumah makan yang sudah di pesan yaitu Jade Restaurant, Pekalongan. Beberapa saudara kami sudah datang terlebih dahulu sebelum Papi, Mami, Ivan, dan Lia datang. Ketika Papi dan Mami datang, mereka syok, karena kata mereka, mereka tidak menyangka sama sekali bahwa saya mengundang saudara-saudara juga. Mereka mengira bahwa saya hanya mengajak makan malam bersama seperti yang sebelum-sebelumnya pernah saya lakukan juga. Surprise ke-2 berhasil! :D Acara awalnya adalah makan bersama, disitu kami sambil makan sambil bercengkerama, mengobrol kesana kemari tentang saudara-saudara yang lain juga. Dan singkatnya, semuanya kenyang dan hidangan yang ada tidak habis :D

Family
Family

Acara baru dimulai setelah makan selesai. Saya keluar dari ruangan yang berisi 12 orang itu, kemudian saya membawa masuk kue ulang tahun yang sudah saya siapkan tadi siang ke dalam ruangan. Masuknya kue disambut dengan riuh sukacita yang sangat. *tapi tanpa lagu apa2* :p . Saya letakkan kue di depan Papi dan Mami, disambut dengan senyum yang manis dari mereka berdua. Kemudian sesi pemotretan pun berlangsung wkwkwk… Kurang lebih 5-10 menit baru selesai.

Sebelum lilin ditiup, saya meminta kepada mereka untuk mengucapkan wish khususnya kepada kami, ketiga anaknya. Papi terlihat berpikir dan Mami hanya tertawa-tawa sambil berbisik-bisik kecil ke Papi. Setelah cukup lama hanya senyam senyum sana sini, Papi pun bersuara “Yaaa yang penting Derwin, Ivan sama Lia hidupnya rukun, kalau sudah punya keluarga sendiri-sendiri tetep rukun. Nanti suatu saat kalau ada yang susah, yang lain bantu, jangan cuma diem-diem saja.” Kurang lebih demikian yang Papi sampaikan. Kami bertiga menjawab dengan bergantian “iya piii…”. Berlanjut ke peniupan lilin. Btw, lilinnya sudah hampir hancur karena kelamaan menunggu Papi dan Mami mengucapkan wish mereka… :p Sekali tiup oleh Mami, mati semua lilinnya. Tapi, karena Papi belum ikut meniup, maka lilin kembali dinyalakan dan ditiuplah lilin itu bersama-sama. (Cekreekk) bunyi suara foto dari blackberry yang ada mengabadikan momen itu. Suasana yang ada saat itu adalah suara tertawa yang membahana dari sana sini. Mungkin memang sedikit terasa aneh, seperti layaknya merasakan ulang tahun orang yang berumur 52 dan 51 tahun. Whatever it is, suasana seperti saat itu tidak akan pernah saya lupakan.

Tiup Lilin
Potong Kue










Terdengar beberapa kali Papi dan Mami berkata, “Wah dikerjain sama Win nih hari ini”. Saya pun membiarkan perkataan itu berlalu, ga mau tau hari ini jatah saya hahaha… Belum selesai setelah meniup lilin, saya meminta Papi mencium Mami. Disini prosesinya lama sekali, Mami tertawa ngga berhenti-henti, apabila di timer mungkin bisa sampai 10 menit. Finally, ciuman 25 tahun pernikahan pun dilakukan oleh Papi. Selesainya, saya berkata “Eittt, belum selesai, sekarang gantian, Mami yang cium Papi”.  Hiruk pikuk tawa pun kembali menggelegar. Kerabat yang ada di ruangan tertawa kembali, begitu juga dengan Papi dan Mami. Setelah beberapa menit, akhirnya Mami pun mencium Papi juga. Yak, akhirnya ciuman perak sudah dilakukan.

Hal selanjutnya yang saya lakukan adalah memadamkan lampu di ruangan kami. Saya membuka laptop dan menyiapkan video yang sudah dibuat di Jakarta oleh teman. Video ini berisi story singkat yang dimulai dari foto-foto Papi dan Mami, dilanjutkan foto pernikahan mereka. Selesai dari foto pernikahan, ditampilkan satu persatu foto anak-anaknya mulai dari saya (anak pertama), Ivan, dan terakhir Lia. Foto yang divideokan ini diurutkan dari umur paling kecil sampai foto terbaru. Di bagian terakhir video, ditampilkan foto kebersamaan di dalam sebuah keluarga yang indah. Saat diputarnya video, Papi, Mami, dan saudara-saudara bergantian berkomentar. “Eh itu Win yah?” “Ini Ivan?” “Nah ini Lia Bolo-Bolo” dan juga diiringi dengan tawa semua orang yang menghebohkan. Sukacita benar-benar saya rasakan di sini, Thanks God for this day.
Belum berakhir disitu. Saya berkata “Pi, Mi, apa harapan Papi Mami buat kita bertiga?”. Dengan sedikit malu-malu dan tertawa, papi dan mami bertatap-tatapan. Setelah menunggu selama beberapa menit, akhirnya Papi angkat bicara, “Ya yang penting Win, Ivan, Lia saudaraan yang akur, kalau sudah punya uang, tetep harus rukun”. Mami pun menanggapi, “Iya, itu saja harapan kita”.  Kita bertiga pun mengiyakan setiap pengharapan Papi dan Mami tersebut. Namanya sesuatu yang diberikan, harus berbalas donk, hehe… Dilanjutkan dengan, saya minta kesempatan untuk kita bertiga melontarkan pengharapan kepada Papi dan Mami. Dimulai dari Lia, dilanjutkan oleh saya, dan Ivan sebagai penutupnya. Inti dari harapan kami bertiga adalah supaya kehidupan Papi dan Mami menjadi kehidupan yang lebih baik dalam segala hal, dan mereka bisa bersama-sama pada setiap hari Minggu beribadah ke gereja. Papi sangat responsif ketika kami mengucapkan pengharapan kami ini, Papi mengatakan “Iya, nanti mulai Minggu ini, bakal bareng-bareng ke gereja”. Shocking sodaaa…. Saya syok saat itu juga, speechless, antara senang dan haru bercampur jadi satu.

My Family ^0^
Selesai dari sesi pengutaraan pengharapan, saya meminta adik-adik saya untuk mendoakan Papi dan Mami satu persatu secara bergantian. Adik bungsu saya menolak untuk mendoakan, karena dia mengatakan takut menangis saat mendoakan. Finally, Ivan dan saya mendoakan Papi dan Mami. What a lovely condition! I love that moment! Kami berdoa, dan seluruh saudara yang ada ikut mendukung dalam doa. Selesai berdoa, saya melihat Papi mengusap matanya, dan Mami dengan senyumnya yang lebar.

Keesokan harinya, saya mengajak keluarga untuk berfoto studio bersama, sekaligus sebagai foto untuk dipajang di rumah dalam mengenang 25 tahun pernikahan Papi dan Mami.


















 
Teman-teman, ini hanyalah segelintir hal kecil yang bisa dilakukan untuk orang tua kita. Banyak hal yang bisa kita lakukan untuk orang tua kita. Selagi kita mampu memberikan sesuatu kepada mereka, berikanlah saat ini juga. Sukacita orang tua adalah ketika melihat anak-anaknya sangat mengasihi mereka.
Semoga menjadi cerita yang bermanfaat untuk teman-teman semua.

https://www.facebook.com/media/set/?set=a.10150623075794480.388359.595209479&type=3

2 komentar:

  1. Ko.. mw nanya dong.. beli kuenya dmn? Urgent nii.. thanks a lot. GOD BLESS

    BalasHapus